Pesan untuk Jurnalis dan Editor:
●Nielsen sangat menyarankan jurnalis dan editor untuk mencantumkan secara singkat metodologi riset Nielsen dalam berita, bilamana merujuk data Nielsen sebagai sumber informasi.
●Untuk menghindari ketidak‐tepatan dalam menggunakan referensi data Nielsen, silahkan menghubungi kontak Nielsen diatas untuk klarifikasi informasi.
●Nielsen memiliki hak jawab untuk ketidak‐tepatan penggunaan data Nielsen dalam pemberitaan.
PENGGUNA SMARTPHONE MENINGKAT, BELANJA IKLAN PRODUK SELULER MEROKET
● Smartphone Unggul pada fungsi Multimedia dan Hiburan
● Televisi Menjadi Platform Utama Merek-merek Smartphone dalam Beriklan
Jakarta, 18 April 2018 – Seiring dengan meningkatnya pengguna smartphone di pasar Indonesia, belanja iklan produk seluler juga meroket. Menurut Nielsen Advertising Intelligence (Ad Intel), dari total belanja iklan sebesar Rp146 Triliun di tahun 2017, sebanyak Rp3,2 Triliun berasal dari belanja iklan produk seluler.
Sejak tahun 2016 kepemilikan smartphone meningkat jauh melebihi kepemilikan feature phone. Dari total 67% pemilik perangkat seluler di 11 kota di Indonesia yang disurvey Nielsen pada 2017, pemilik smartphone telah mencapai 44% sementara pemilik feature phone hanya 26%. Jumlah pemilik smartphone ini meningkat cukup signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2015, dimana jumlah pemilik smartphone masih lebih sedikit (34%) daripada pemilik feature phone (43%). Hanya 2,5% dari pemilik perangkat seluler yang memiliki smartphone dan feature phone sekaligus, dan angka ini kecenderungannya terus menurun dibandingkan dengan tahun 2016 (2,8%) dan 2015 (3,9%).
Fitur Multimedia dan Hiburan Menjadi Keunggulan Smartphone
Pemicu utama bagi konsumen dalam membeli smartphone adalah fitur-fitur hiburan dan multimedia. Ini terlihat dari faktor-faktor utama yang dipertimbangkan konsumen saat membeli smartphone, seperti (1) agar dapat Terhubung Dengan Orang Lain, (2) dianggap sebagai Hal Penting dan Mendesak, (3) untuk Mendengarkan Musik, (4) Ngobrol dan (5) Mendapatkan dan Berbagi Informasi terkini.
Dalam hal penggunaan, sesuai dengan alasan utama membeli smartphone yaitu fitur hiburan dan multimedia, para pemilik smartphone sangat gemar mengirim pesan singkat (64%) dengan beberapa aplikasi pesan yang paling sering diakses yaitu Whatsapp, BBM, dan Line. 59 persen senang berinteraksi di media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter dan Path. Sementara itu 48 persen konsumen menggunakan smartphone untuk mendengarkan musik atau menonton video melalui Youtube, Joox, dan Spotify.
“Sekitar 2 dari 3 pengguna smartphone menggunakan perangkatnya untuk bertukar pesan melalui aplikasi instant messaging dan lebih dari separuh pengguna smartphone (59%) juga terhubung ke media sosial. Jadi tak dapat dipungkiri bahwa pengguna smartphone ini sangat terbiasa untuk terus terhubung satu dengan yang lain (constant connectivity)” kata Hellen Katherina, Executive Director Media, Nielsen Indonesia.
Produk Smartphone Perang Iklan di Televisi
Nielsen Ad Intel mencatat di tahun 2017 belanja iklan produk seluler mencapai Rp3,2 Triliun, atau mencapai 2% dari total belanja iklan; dan televisi masih menjadi media pilihan utama untuk beriklan. Samsung berada di urutan pertama belanja iklan tertinggi untuk kategori telepon seluler sepanjang 2017 dengan total belanja iklan lebih dari Rp1 Triliun, dengan porsi iklan 95% di televisi. Vivo menyusul dengan total belanja iklan mencapai Rp824 Miliar dengan penempatan iklan 99 persen di televisi.
Pengiklan terbesar ketiga adalah Oppo dengan total belanja iklan sebesar Rp461 Miliar dengan porsi 96 persen di televisi. Di urutan keempat adalah Advan yang aktif beriklan di televisi (98%) dengan total belanja iklan Rp202 Miliar; kemudian Lenovo yang dengan total belanja iklan Rp154 Miliar dengan 80% adalah iklan televisi.
Tiga merek handphone pengiklan terbesar memiliki strategi masing-masing dalam penempatan iklan televisi. Porsi iklan Samsung didominasi oleh iklan pada Commercial Break (96%), sementara Vivo dan Oppo lebih banyak memanfaatkan In-Program Ads, dengan porsi masing-masing secara berurutan sebesar 66% dan 85%.
“Di tengah persaingan yang semakin gencar saat ini, para pemilik merek tidak hanya beriklan di jeda komersial (commercial break), tapi mereka juga sudah banyak mengkomunikasikan produknya di dalam tayangan program (in-program ads). Dengan beriklan di dalam tayangan program, mereka berharap dapat menjangkau lebih banyak penonton karena pada umumnya penonton TV mengganti channel tv pada saat jeda iklan.” ujar Hellen Katherina, Executive Director Media, Nielsen Indonesia
Kemeriahan Grand Launch Vivo dengan Belanja Iklan yang Fantastis
Vivo menggelontorkan sejumlah rupiah untuk mempromosikan beberapa varian produknya seperti Vivo V7+ dan Vivo V9 dengan menggelar acara Grand Launch yang ditayangkan langsung di televisi swasta nasional. Selain memanfaatkan slot Commercial Break, Vivo juga memaksimalkan penggunaan In-Program Ads.
Ketika meluncurkan Vivo V7+ di bulan September 2017, Vivo membelanjakan Rp7,9 Miliar dalam satu hari untuk iklan televisi di slot Commercial Break, dengan siaran langsung di 9 stasiun televisi yang berhasil menjangkau 16,7 juta penonton TV. Selain Commercial Break, Vivo juga memanfaatkan In-Program Ads berupa On-Set Placement seperti backdrop, product placement, build in, adlib sebesar 48%; dan On-Screen Placement (52%) seperti squeeze frame, super impose, running text, digital embed dan lain sebagainya.
Enam bulan kemudian, tepatnya pada 29 Maret 2018, Vivo meluncurkan Vivo V9 dengan melakukan siaran langsung di 12 stasiun televisi. Dengan total belanja iklan televisi untuk commercial break sebesar Rp8,4 Miliar dalam satu hari, gelaran Grand Launch Vivo V9 ini berhasil menjangkau 14,7 juta penonton. Untuk In-Program Ads, Grand Launch Vivo V9 ini lebih banyak memanfaatkan On-Set Placement (77%) dibandingkan On-Screen Placement yang hanya 23 persen.
*****
TENTANG NIELSEN AD INTEL
Informasi belanja iklan diambil dari data Ad Intel yang memonitor aktivitas periklanan Indonesia. Di tahun 2017, monitoring iklan mencakup 15 stasiun TV nasional, 99 surat kabar dan 120 majalah dan tabloid. Angka belanja iklan didasarkan pada gross rate card, tanpa menghitung diskon, bonus, promo, harga paket, dll.
TENTANG NIELSEN CONSUMER AND MEDIA VIEW
Survey CMV adalah survey sindikasi yang dilakukan Nielsen terhadap + 17,000 orang usia 10 tahun keatas di 11 kota di Indonesia (Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Semarang, Surakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Makassar dan Banjarmasin). Informasi yang ada di dalamnya termasuk data-data demografi, psikografi, penggunaan media, sampai dengan penggunaan produk.
TENTANG NIELSEN
Nielsen Holdings plc (NYSE: NLSN) adalah perusahaan riset pengukuran dan analisis data global yang memberikan gambaran paling lengkap dan terpercaya yang tersedia bagi konsumen dan pasar di seluruh dunia. Pendekatan kami menyatukan data milik Nielsen dengan sumber data lain untuk membantu klien di seluruh dunia memahami apa yang terjadi sekarang, apa yang terjadi selanjutnya, dan cara terbaik untuk merespon berdasarkan pengetahuan ini. Selama lebih dari 90 tahun, Nielsen telah menyediakan data dan analisis berdasarkan pengetahuan ilmiah yang terpercaya dan inovasi, serta secara berkelanjutan terus mengembangkan cara baru untuk menjawab pertanyaan paling penting yang dihadapi industry barang konsumsi, media, periklanan, ritel, dan industri barang cepat habis.
Nielsen, sebuah perusahaan S&P 500, beroperasi di lebih dari 100 negara meliputi lebih dari 90 persen populasi dunia. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.nielsen.com